Rabu, 14 April 2010

TUGAS JURNAL PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama : Raka Fitriayu Perdani (10207882)
Bangun Puji (10207193)
Kelas : 3EA01


PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA
DAN NILAI KURS TERHADAP RISIKO SISTEMATIK
SAHAM PERUSAHAAN DI BEJ

M. Y. Dedi Haryanto
Riyatno
Latarbelakang :
Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan
return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang
diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah perbedaan return yang diharapkan
dengan return yang terelisasi dari sekuritas tersebut. Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko.
Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua investor suka
dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung risiko investasi yang tinggi
dibandingkan di aset yang lain. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse)
punya kecenderungan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya
risiko investasi di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko
itu sendiri.
Permasalahan :
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan dan berdampak
pada semua perusahaan. Pemahaman terhadap risiko sistematis dapat membantu
perusahaan atau investor dalam penambilan keputusan-keputusan bisnis. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besar kecilnya risiko sistematis biasanya merupakan
faktor makro ekonomi. Oleh sebab itu masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan kurs mempengaruhi
risiko sistematis saham?
2. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan kurs pada perusahaan
manufaktur mempengaruhi risiko sistematis saham?
3. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan kurs pada perusahaan
non manufaktur memperngaruhi risiko sistematis saham?
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memberikan penjelasan tentang pengaruh
faktor-faktor makro terhadap perubahan risiko sistematis saham, serta memberikan
bukti empiris bahwa faktor-faktor makro mempengaruhi risiko sistematis saham.

Metodelogi :
1. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
2. Data Penelitian
Data penelitian ini menggunakan data sekunder. Penelitian ini menguji
pengaruh faktor-faktor makro yaitu nilai kurs mata uang asing tingkat suku bunga
serta bidang industri terhadap risiko saham sistematis.
3. Pengukuran Variabel
a. Resiko sistematis saham
Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan
menggunakan teknik regresi dengan model indeks tunggal. Persamaan
regrgesinya adalah :
Ri = ai + βi . RM + ei
b. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan
oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).
c. Kurs mata uang asing
Kurs mata uang asing dikur dengan menggunakan kurs jual dollar terhadap
rupiah. Ukuran kurs dalam penelitian ini menggunakan ukuran relatif yaitu
selisih kurs tahun ini dikurangi kurs tahuun kemarin dibagi tahun kemarin.
4. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini ingin menguji pengaruh faktor-faktor makro ekonomi terhadap
risiko saham. Faktor –faktor ekonomi yang akan diuji adalah tingkat suku bunga, dan
kurs mata uang. Selain itu akan di uji juga apakah bidang industri juga mempengaruhi
risiko saham. Penelitian tersebut kemudian dibuat model regresinya sebagai berikut:
BETA = a + b1 KURS + b2 SBI
Hasil :
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa tinggi rendahnya nilai kurs dan
mempengaruhi besar kecilnya risiko. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
kurs maka risiko sistematik akan semakin tinggi juga. Nilai kurs mempengaruhi
transaksi perdagangan. Perdagangan yang menggunakan mata uang asing akan
mendapatkan keuntungan atau kerugian dari transaksi tersebut. Indonesia masih
menjnadi negara pengimpor sehingga banyak komponen harga barang mengandung
unsur kurs. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya.
Selain itu hasil menunjukkan bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan
risiko sistematis saham adalah negatif. Hasil ini berbeda dengan penjelasan yang
semestinya yaitu jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku
bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan berpindah dari
saham ke deposito. Kemungkinan fenomena ini menunjukkan bahwa investor di
Indonesia tidak suka risiko atau risk averse.


Referensi : http://riyatnoke.files.wordpress.com/2008/10/suku-bunga-sbi.pdf

TUGAS MANAJEMEN KOMUNIKASI PEMASARAN

TUGAS MANAJEMEN KOMUNIKASI PEMASARAN

Nama Kelompok :
1. Finna Puspa Kencana
2. Raka Fitriayu Perdani
3. Nur anisa Eka
4. Bangun Puji
5. Aditya Setiawan
Kelas : 3EA01


How Marketers Target Kids

Kids represent an important demographic to marketers because they have their own purchasing power, they influence their parents buying decisions and they’re the adult consumers of the future.
Industry spending on advertising to children has exploded in the past decade, increasing from a more $ 100 million in 1990 to more than $2 billion in 2000.
Here are some of strategies marketers employ to target children and teen :

Pester Power
According to the 2001 marketing industry book Kidfluence, pestering or nagging can be divided into two categories “persistence” and “importance”. Peristering or nagging (a plea, that is repeated over and over again) is not as effective as the more sophisticated “importance nagging”. This later method appeals to parents desire to provide the best for their children, and plays on any guilt they may have about not having enough time for their kids.

The marriage of psyschology and marketing
The issue of using child psychologists to help marketers target kids gained widespread public attention in 1999, when a group of U.S. mental health professionals issue a public letter to the American Psyschological Assosiation (APA) urging them to declare the practice unethical. The APA is currently studying the issue.

Building brand name loyalty
Marketers plant the seeds of brand recognition in very young children, in the hopes that the seeds wil grow up into lifetime relationship According to the Center of a New American Dream, babies as young as six month of age can form mental images of corporate logos and mascots. Braand loyalties can be established as early as age two, and by the time children head off to school most can recognize hundreds of brand logos.
Magazine such as Time, Sports Illustrated and People have all launched kid and teen edition which boast ads for adult related products such as minivans, hotels and airlines.



Buzz or street marketing
Buzz marketing is particularly well-suited to the internet, where young “Net Promoters” use newsgroup, cha room and blogs to spread the word about music, clothes and other products among unsuspecting users.

Commercialization in education
School used to be a place where children were protected from the advertising and consumer messages that permeated their world but not any more. Budget shortfalls are forcing school boards to allow corporation access to students in exchange for badly needed cash, computers and educational materials.

The internet
The internet is an extremely desirable medium for marketers wanting to target children :
 It’s part of youth culture.
 Kids are often online alone, without parental supervisions.
 Parents generally do not understand the extent to which kids are being marketed to online.

Marketing adult entertaintment to kids
Children are often aware of and want to see entertainment meant of older audiences because it’s actively marketed to them. Federal Trade Commision (FTC) revealed how tht movie, music and video games industries routinely market violent entertainment to young children.
The FTC report also highlighted the fact the toys based on characters from mature entertainment are often marketed to young children. Mature and Teen rated video games are advertised in youth magazines and toys based on Rescricted movies and M-rated video games are marketed to children as young as four.

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

Nama : Raka Fitriayu Perdani
Kelas : 3EA01
NPM : 10207882



ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN

 Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan adalah anggaran yang di buat untuk menentukan jumlah unit penjualan yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk periode yang akan datang. Untuk menyusun anggaran penjualan ini perlu disusun peramalah penjualan perusahaan dengan mempergunakan model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari penjualan produk perusahaan.

 Anggaran Produksi
Anggaran produksi merupakan rencana produksi dari sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan penjualan sekarang, dan menjamin cukupnya tingkat persediaan untuk penjualan yang akan datang.

 Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku adalah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan untuk suatu periode anggaran sepanjang tahun yang dirinci untuk setiap jenis bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi dan untuk tujuan persediaan yang diinginkan.


 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan perhitungan terhadap biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan di dalam pelaksanaan proses produksi. Karena tenaga kerja langsung salah satu unsur pembentuk harga pokok produksi. Tanpa adanya pengendalian tenaga kerja langsung yang baik, maka besar kemungkinan bahwa biaya tenaga kerja langsung ini menjadi lebih besar dari biaya yang sewajarnya, sehingga harga pokok produksi akan menjadi bertambah besar.

 Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Overhead Pabrik adalah menetapkan besarnya tarif biaya overhad pabrik atas dasar anggaran biaya overhead pabrik yang akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang yang dibebankan kepada setiap unit produk yang diproduksikan. . Biaya overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya yang terjadi di dalam pabrik kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

 Anggaran Persediaan
Anggaran Persediaan adalah jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk bahan baku langsung dan persediaan produk jadi untuk anggaran harga pokok produk dijual dan neraca dianggarkan secara terinci untuk persediaan akhir yang diharapkan dan unit produk yang terjual.

 Anggaran Biaya Non Produksi
Anggaran Biaya Non Produksi merupakan struktur terinci yang tidak termasuk dalam biaya-biaya produksi penunjang kegiatan produksi sehingga tidak akan mempengaruhi penjualan yang sudah dianggarkan dan kebutuhan persediaan.

 Anggaran Pengeluaran Modal
Anggaran Pengeluaran Modal adalah anggaran yang dibuat untuk mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan semua aktiva atau modal yang dimiliki. Oleh karena itu dalam anggaran ini harus sangat teliti dalam mengambil keputusan untuk menghindari kerugian yang sangat besar.

 Anggaran Kas
Anggaran kas adalah suatu laporan kas yang ada pada awal, penerimaan kas yang diharapkan, pengeluaran kas yang diharapkan, dan salso kas yang dihasilkan pada akhir periode anggaran. Mempersiapkan anggaran kas (cash budget) mensyaratkan bahwa semua pendapatan, biaya, dan transaksi lainnya diuji pengaruhnya terhadap kas. Penerimaan kas yang dianggarkan dihitung dari pengumpulan piutang usaha, penjualan tunai, penjualan aktiva, peminjaman, penerbitan saham, dan kegiatan lainnya yang menghasilkan kas.

 Anggaran Rugi Laba
Anggaran Rugi Laba merupakan hasil akhir dari semua anggaran operasional seperti penjualan, harga pokok penjalan, biaya komersil dan biaya adminstrasi dan keuangan diringkas dalam laporan laba-rugi dianggarkan.

 Anggaran Neraca
Anggaran neraca adalah laporan posisi keuangan yang menggabungkan estimasi posisi keuangan pada awal periode anggaran dengan hasil operasi yang diestimasi untuk suatu periode (dari perhitungan laba rugi), dan perubahan aktiva dan kewajiban yang diestimasi.

 Anggaran Perubahan Posisi Keuangan
Anggaran Perubahan Posisi Keuangan adalah anggaran yang memuat mengenai rencana perubahan aktiva, utang, dan modal perusahaan selama periode yang dianggarkan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan.

TUGAS BAHASA INDONESIA III

1.Apa yang akan Anda simpulkan dengan mempergunakan data-data berikut :
a.Hasil tahun pertama Pelita I bagi Departemen PUTL adalah anggaran yang ditetapkan Rp 33.690.000.000,-. Sebelum habis tahun anggaran itu sudah habis dipakai, sebab itu departemen ini mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp 6.365.000.000,-
Jawab : Jadi, dapat disimpulkan bahwa Departemen PUTL selama satu tahun telah menghabiskan dana sebesar Rp 40.055.000,-.
b.Departemen P & K
Anggaran belanja yang ditetapkan Rp 5.500.000,-. Dalam bulan Pebruari 1970 baru digunakan Rp 2.500.000.000,-.
Jawab : Jadi, dapat disimpulkan bahwa Departemen P & K masih tersedia anggaran sebesar Rp 3.000.000,-.
c.Departemen Pertanian
Anggaran yang ditetapkan Rp 6.697.948.200,-
Terpakai Rp 6.675.415.470,-
d.Jawab : Jadi, dapat disimpulkan bahwa Departemen Pertanian masih tersedia anggaran sebesar Rp 22.532.730,-.

2.Jalan pikiran di bawah ini mempergunakan corak penalaran yang mana ? Benarkah proses penalaran itu ?
a.Untuk memahami seorang pemabuk, maka seorang penyelidik harus minum sampai mabuk.
Jawab : Jalan pikiran mempergunakan corak penalaran silogisme hipotesis dan proses penalaran tersebut tidak benar.
b.Pemerintah berkewajiban menjaga keselamatan jiwa raga bangsa Indonesa. Untuk menjaga keselamatan jiwa raga bangsa dan moral bangsa, pemerintah berhak mengadakan sensor terhadap film-film. Untuk itu pemerintah membentuk panitia sensor yang bertugas mensensor semua film. Sebab itu apa pun keputusan panitia, harus diterima oleh semua rakyat Indonesia.
Jawab : Jalan pikiran mempergunakan corak penalaran silogisme kategorial dan proses penalaran tersebut benar.
c.Mereka yang melakukan korupsi jutaan rupiah atas uang negara, diminta untuk menyelesaikan perkaranya di luar pengadilan. Orang-orang semacam itu biasanya orang yang berada dan berkedudukan tinggi. Mat Bagong ditangkap, dipukul dan ditahan berbulan-bulan karena memalsukan kuintansi pengobatan dengan selisih Rp 150,-. Ia akhirnya dijatuhi hukuman penjara tiga bulan. Sebab itu, lebih baik mengkorup uang jutaan rupiah daripada memalsukan kuintansi yang berjumlah
Rp 150,-.
Jawab : Jalan pikiran mempergunakan corak penalaran rantai deduksi dan proses penalaran tersebut tidak benar.

3.Tetapkan jenis silogisme berikut :
a.Tiap orang Indonesia termasuk pembayar pajak atau tidak. Ia adalah pembayar pajak. Sebab itu, ia tidak termasuk orang Indonesia yang tidak membayar pajak.
Jawab : Silogisme hipotesis
b.Seorang yang dikuasai kemarahan akan kehilangan akal sehatnya. Pak Sabar tidak pernah marah sesaat pun. Sebab itu, ia tidak pernah kehilangan akal sehatnya.
Jawab : Silogisme kategorial
c.Mereka yang dari lahir sudah kaya, tidak dapat membayangkan bagaimana menjadi orang miskin. Pak Karta adalah orang yang tidak kaya dari kelahiran. Sebab itu, ia dapat membayangkan betapa menjadi orang miskin.
Jawab : Silogisme alternatif
d.Semua yang masuk perguruan tnggi adalah mahasiswa. Bejo adalah seorang yang masuk perguruan tinggi. Sebab itu, Bejo adalah seorang mahasiswa.
Jawab : Silogisme kategorial

4.“ Karena semua pesawat Garuda yang saya tumpangi adalah pesawat yang bermesin yet, maka semua pesawat milik Garuda adalah pesawat bermesin yet “. Yang mana dari penalaran berikut paling mirip dengan penalaran di atas ? Jelaskan !
a.Karena semua mahasiswa yang telah saya jumpai adalah orang-orang yang cerdas, maka tampaknya hanya sedikit yang akan gagal dalam ujian.
Jawab : Tidak mirip
b.Semua bahasa di dunia yang pernah saya pelajari memiliki kata seru, kata seru ini merupakan unsur primitif dari bahasa yang berbentuk kalimat yang masih tertahan.
Jawab : Tidak mirip
c.Karena semua novel yang ditulisnya cenderung bernada seks, maka agaknya ia tertarik dengan masalah seks.
Jawab : Ya, karena keduanya saling berkaitan
d.Karena semua buruh di perusahaan itu rajin melaksanakan tugasnya, maka semuanya adalah buruh yang penuh tanggung jawab.
Jawab : Tidak mirip
e.Karena semua kapal yang pernah saya tumpangi memberikan pelayanan yang sangat memuaskan, maka semua kapal sangat memuaskan servisnya.
Jawab : Ya, karena keduanya saling berkaitan

5.Perluaslah entimem berikut menjadi sebuah silogisme !
a.Ia seorang warga negara yng baik, sebab setiap ada aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut.
Jawab : Silogisme kategorial
Premis Mayor : Seorang warga yang baik adalah selalu ikut setiap ada
aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa.
Premis Minor : Ia adalah seorang warga yang baik
Konklusi : Sebab itu, ia selalu ikut setiap ada aksi-aksi sosial untuk
kepentingan bangsa.
b.Ia pasti seorang ahli dalam bidang matematika, karena ia mengajar matematika di fakultas tersebut.
Jawab : Silogisme kategorial
Premis Mayor : Siapa saja yang ahli dalam bidang matematika adalah
yang mengajar matematika di fakultas tersebut.
Premis Minor : Ia adalah seorang yang ahli dalam bidang matematika
Konklusi : Sebab itu, ia mengajar matematika di fakultas tersebut ahli
dalam bidang matematika.
c.Kita harus membantu usaha perikemanusiaan yang telah dicetuskan oleh presiden. Karena usaha itu merupakan jalan yang paling baik untuk memajukan putra-putri Irian Jaya.
Jawab : Silogisme kategorial
Premis Mayor : Usaha perikemanusiaan yang telah dicetuskan oleh
presiden adalah untuk memajukan putra-putri Irian Jaya.
Premis Minor : Usaha itu merupakan jalan yang paling baik
Konklusi : Sebab itu, usaha itu merupakan jalan yang paling baik
untuk memajukan putra-putri Irian Jaya.
d.Mereka menerima syarat kerja itu, karena mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
Jawab : Silogisme hipotesis
Premis Mayor : Syarat kerja itu, mengandung pasal-pasal yang
memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
Premis Minor : Mereka menerima syarat kerja itu
Konklusi : Sebab itu, mereka menerima syarat kerja itu yang mengandung
pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
e.Ia pasti berhasil dalam dunia usaha internasional, karena ia menguasai lima bahasa dunia.
Jawab : Silogisme hipotesis
Premis Mayor : Jika ia menguasai lima bahasa dunia, maka ia pasti berhasil dalam
dunia usaha internasional.
Premis Minor : Ia menguasai lima bahasa dunia
Konklusi : Sebab itu, ia pasti berhasil dalam dunia usaha Internasional.
f.Ia harus memasuki perguruan tinggi, karena ia berbakat.
Jawab : Silogisme hipotesis
Premis Mayor : Jika ia berbakat, maka ia harus memasuki perguruan tinggi
Premis Minor : Ia berbakat
Konklusi : Sebab itu, ia harus memasuki perguruan tinggi

Minggu, 11 April 2010

BAHASA INDONESIA DALAM KONSEP ILMIAH

Nama : Raka Fitriayu Perdani
Kelas : 3EA01
NPM : 10207882


BAHASA INDONESIA DALAM KONSEP ILMIAH


Dalam konsep ilmiah peranan Bahasa Indonesia sangatlah penting pada sebuah penulisan ilmiah. Memakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dilihat dari ejaan yang disempurnakan, pemakaian huruf capital dan huruf miring, penulisan kata-kata, dan pemakaian tanda baca yang benar dan memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsinya. Ragam bahasa terdiri dari ragam tulisan dan ragam lisan. Ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku. Ragam lisan seperti ragam tulisan baku dan ragam tulisan tak baku. Sifat dari ragam bahasa baku yaitu kemantapan dinamis dan seragam. Yang dimaksud dengan ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis- menulis yang meliputi pemakaian huruf dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Bahasa Indonesia sering digunakan dalam pembuatan penulisan ilmiah.
Penulisan huruf capital seperti judul pada suatu cerita atau kalimat, Gelar kehormatan, Huruf pertama kata pada awal kalimat, ungkapan seperti nama Tuhan, dan seterusnya. Pemakaian huruf seperti huruf vocal, huruf konsonan dan seterusnya. Pemakaian tanda baca seperti tanda baca titik (.), koma (,), tanda kutip tunggal (‘…’), tanda seru (!), tanda tanya (?), tanda kutip dua (“), titik dua (:), titik koma (;), tanda pisah (--), tanda hubung (-), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrop (‘). Penulisan kata seperti kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, dan angka atau bilangan.
Aturan seperti itu yang harus kita perhatikan dalam penulisan ilmiah. Penulisan ilmiah yaitu penulisan fakta menurut metodologi bersifat baik dan benar yang berisi suatu penarapan ilmu pengetahuan. Jadi, seorang penulis ilmiah harus melihat aturan-aturan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah.
Demikian pula halnya bahwa dewasa ini bahasa indonesia banyak dipergunakan dalam aktivitas keagamaan sebagai alat / sarana komunikasi untuk menginformasikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat.
Bahasa dipakai sebagai alat mengungkap gagasan dan pikiran. Dengan begitu bahasa adalah alat komunikasi sekaligus alat untuk memahami isi dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi antar-orang, termasuk komunikasi ilmuwan terhadap fenomena alam dan fenomena kebudayaan.
Manusia menggunakan bahasa sesuai dengan yang dia ketahui dan yang dirasakan guna menyampaikan gagasan atau menerima gagasan, pemberitahuan, keluh-kesah, pernyataan menghormat, bersahabat, atau pernyataan permusuhan dari orang lain. Siapa dia berkomunikasi dengan siapa, tentang hal apa, di mana, untuk tujuan apa dengan cara bagaimana. Dengan demikian, cara orang mengekspresikan gagasan terkait dengan masalah-masalah di luarnya seperti kesadaran atas status sosial dan tradisi yang berlaku dan diberlakukan. Mengapa cara mengekspresikan gagasan dengan cara seperti itu, tidak dengan cara lain, di sinilah analisis kebudayaan nantinya berbicara.
Lewat bahasa yang diketahui, gagasan dan pikiran diformulasi menjadi serangkaian konsep kebahasaan. Konsep bisa berupa kata atau istilah (construct).
Selama ini proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun indXidu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktXitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan.

Misalnya sering dosen kecewa melihat hasil ulangan harian yang hanya mendapat daya serap kurang dari 60 persen atau nilai rata-rata kelas kurang dari 50 untuk skala nilai 20. Kadang-kadang guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar secara efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada siswa yaitu, siswa sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif kreatif dan mampu berfikir kritis, dalam hal ini peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator.
Guru/dosen memiliki peranan penting artinya selain sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa/mahasiswa, guru/dosen juga harus bertindak secara profesional. Guru/dosen yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dasar (kompetensi) antara lain sebagai berikut:
Menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
Menurut Thursan Hakim (2000: 2) adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:
1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.
3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan.
4. Belajar merupakan proses yang kontinyu.
5. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.
6. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.
7. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil dari pada belajar secara terbagi-bagi.
8. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid.
10. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

Sedangkan mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyampaian materi kepada para siswa agar siswa tersebut menjadi tahu dan paham dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan pembelajaran. Agar proses dan pencapaian hasil belajar dapat efesien dalam penggunaan waktu, terarah, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan serta terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam belajar tersebut tidaklah mudah, khususnya mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan pola pikir bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membuat mereka terlibat secara langsung, dan membuat mereka merasakan kegembiraan dalam belajar perlu diciptakan kondisi kelas yang mendukung, dengan setting membuat mereka tetap dalam keadaan belajar.
Hal itu dapat terlaksana jika prinsip-prinsip dasar belajar dilaksanakan sepenuhnya.
Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain:
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.
3. Kerja sama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis
(Meier, 2000: 54-55).
Ciri-ciri penulisan Ragam Ilmiah :
• menggunakan kata-kata dan Istilah yang nonfigurative/bermakna ganda konotasi.
• Menggunakan kalimat efektif / langsung kepokoknya.
• Menghindari bentuk personal dengan tujuan menjaga obyektifitas.
• Menggunakan kepaduan dan keruntunan isi.

KARANGAN MAKALAH POPULER

Menulis Karangan Ilmiah Populer


1. Pendahuluan

Banyak majalah atau surat kabar mempunyai rubrik iptek, yang memuat tulisan-tulisan yang memaparkan aspek khusus iptek dengan menggunakan bahasan umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Tulisan seperti itu dinamakan karangan ilmiah populer, yang dikarang oleh penulisnya untuk mengkomunikasikan sejarah, penemuan, perkembangan baru, aplikasi, atau juga isu kontroversi iptek, kepada masyarakat awam agar mereka dapat mengikuti perkembangan iptek tersebut. Tidak seperti halnya artikel jurnal, karangan ilmiah populer dari sudut materi tidak mendalam, namun memberi kejelasan kepada awam tentang fenomena iptek.

Keberadaan karangan ilmiah populer di majalah dan surat kabar di samping menjadi wahana untuk mengkomunikasikan iptek kepada masyarakat awam, juga membawa misi menghibur atau menjadi selingan (entertainment) bagi pembaca majalah atau surat kabar tersebut. Oleh karena misinya seperti itu maka sebuah karangan ilmiah populer harus menarik pembaca majalah dan surat kabar untuk membacanya. Berbeda halnya dengan jurnal ilmiah yang harus dibaca oleh para profesional dalam bidangnya, majalah dan surat kabar harus bersaing merebut hati pembacanya. Dalam kaitan itu karangan ilmiah populer dalam media massa perlu berkontribusi pada pembentukan daya tarik media secara keseluruhan. Bahkan dapat pula justru karangan-karangan ilmiah populer menjadi “selling point” media massa tersebut.

Mengetahui bagaimana menulis karangan ilmiah populer sangat penting bagi ilmuwan yang memposisikan diri sebagai komunikator iptek atau jurnalis iptek, baik sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan tambahan.


2. Karakteristik Karangan Ilmiah Populer

• Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam suatu disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah masyarakat umum, awam atau profesional dalam bidang lain.

• Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan ilmiah populer menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali ia adalah repoter.

• Apabila artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan “dingin” (tak-emosional) demi objektifitas, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan gaya informal, anekdot, personal, serta menghibur.

• Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan relatif panjang serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah dibaca.

• Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes) dan daftar pustaka agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan ilmiah populer umumnya tidak meyertakan informasi-informasi tersebut.

• Apabila artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka karangan ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi, gambar, foto, dll.

• Apabila kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh sejawat atau dewan pakar sebagai “referee”, maka pertanggungjawaban isi karangan ilmiah populer cukup diberikan oleh editor majalah.


3. Topik Karangan Ilmiah Populer

Pada dasarnya masyarakatlah yang membiayai (melalui pajak dan pemanfaatan aset bangsa) kegiatan iptek. Oleh karenanya menjadi hak masyarakat untuk memperoleh informasi tentang hal-ihwal mengenai kegiatan iptek itu sendiri. Dengan demikian menjadi kewajiban komunikator iptek (iptekwan & jurnalis iptek) untuk mempublikasikan karangan ilmiah populer melalui majalah dan surat kabar. Melalui karangan ilmiah populer ini informasi tentang iptek yang telah dan akan hadir di masyarakat, baik proses, produk, aplikasi, prospek, maupun isu kontroversi (pro & contra) iptek dapat dikomunikasikan kepada masyarakat umum, untuk menjadi rujukan dalam menyikapi iptek. Dalam kaitan ini topik-topik karangan ilmiah populer hendaknya terkait pada aspek-aspek iptek tersebut.

Oleh karena daya tarik menjadi karakter penting dari karangan ilmiah populer, maka isu-isu mutakhir terkait iptek yang tengah menjadi wanaca publik seringkali menjadi tema sentral karangan ilmiah populer. Sebagai contoh, menyertai konflik Amerika Serikat dengan teroris internasional, senjata kimia, senjata biologis, anthrax, bom, menjadi topik-topik karangan ilmiah populer yang muncul dalam majalah dan surat kabar. Contoh lain adalah topik yang terkait pada meteor mengemuka menjelang turunnya “badai meteor” ke Planet Bumi pada tahun 2001. Demikian juga paparan tentang bahan dan proses pembuatan MSG lebih dari satu bulan muncul dalam berbagai media massa ketika terjadi “kontroversi Ajinomoto” pada tahun 2000.


4. Gaya Penulisan Karangan Ilmiah Populer

• Mulai karangan dengan pendahuluan yang kreatif, yang mampu merangkul atau mencuri perhatian pembaca, serta mendorong pembaca untuk membaca bagian-bagian berikutnya. Lebih kreatif bagian pendahuluan, lebih besar peluang suatu karangan ilmiah populer dibaca tuntas pembacanya. Salah satu kekuatan karangan terletak pada bagian pendahuluan tersebut. Sementara itu bagian-bagian berikutnya perlu memuat kalimat-kalimat utama yang menjadi “point of interest” bagi pembaca. Kalimat-kalimat perlu dirangkai sehingga di samping memberikan kejelasan maknanya dan bekontribusi pada tema atikel, juga menyebabkan pembaca tertarik untuk membaca artikel sampai tuntas.

• Agar mudah dicerna pembaca secara lebih luas, karangan ilmiah populer hendaknya ditulis dengan panjang kalimat dan panjang paragraf yang sesuai pembaca dari berbagai lapisan masyarakat. Sebaiknya kalimat pada artikel ilmiah populer terdiri atas paling banyak 20 kata untuk meningkatkan keterbacaan untuk pembaca pada umumnya.

• Sekalipun penulis artikel ilmiah populer seorang iptekwan, tetapi hendaknya hindari penggunaan terlalu banyak istilah-istilah teknis. Pembaca majalah atau surat kabar tidak mempunyai tingkat pendidikan seperti penulis, hingga jangan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti. Bila suatu istilah tidak tergantikan oleh kata yang kurang teknis, hendaknya definisi perlu diberikan bersama istilah tersebut. Pemahaman terhadap isi artikel akan menyebabkan pembaca menyenangi apa yang dibacanya dan merasa nyaman dengan majalah atau surat kabar pemuatnya secara keseluruhan.

• Gunakan bahasa yang kolokial (informal) untuk mengembangkan “hubungan yang dekat” antara penulis dan pembaca. Buat pula agar pembaca merasa sedang berdialog secara sejajar dengan penulisnya, bukan sedang diajari oleh seorang pakar. Oleh karenanya dianjurkan untuk menggunakan lebih banyak kalimat aktif untuk menciptakan hubungan informal. (Catatan: Laporan ilmiah standar umumnya ditulis dengan kalimat pasif untuk menekankan obyektivitas). Tidak ada salahnya juga menyapa pembaca dengan “Anda” dan menyebut penulis dengan “Saya” agar hubungan antara penulis dan pembaca lebih dekat.

• Tingkatkan dimensi “human interest” dari artikel ilmiah populer yang ditulis, dengan cara memasukkan unsur ceritera, anekdot, dan humor pada artikel. Pada dasarnya manusia lebih tertarik tertarik pada ceritera tentang orang lain daripada obyek lainnya. Oleh karenanya memberikan sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada karangan ilmiah populer dapat meningkatkan daya tarik artikel tersebut.

• Gunakan analogi dan metafora untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu proses yang kompleks. Sertakan ilustrasi-ilustrasi bergambar (pictorial) untuk memperjelas, selingan, dan juga hiasan, seperti halnya foto (berwarna lebih menguntungkan), diagram, tabel, gambar, atau karikatur. Foto membantu memberikan paparan detail melalui gambar, sedangkan gambar umumnya atraktif bagi pembaca. Berikan deskripsi singkat tentang foto menyertai foto tersebut.

• Tiap paragraf harus terstruktur dengan cara yang sama. Paragraf harus mulai dengan kalimat topik, dan lalu diikuti oleh informasi yang berhubungan dengan topik dalam kalimat topik. Struktur kalimat perlu diperhatikan dalam menulis artikel

• Sistematika penulisan dapat berbagai macam, bergantung pada sifat materi yang dipaparkan. Dapat berupa urutan khronologis peristiwa-peristiwa, atau dapat pula menyajikan permasalahan yang diikuti dengan solusi-solusinya. Apapun pola pengembangan paparan yang dipilih, harus menunjukkan kelogisan paparan, sehingga mereka merasa nyaman ketika membaca artikel tersebut, serta mengerti apa yang dibacanya itu.

• Tutup artikel dengan sebuah rangkuman yang menjadi simpulan dari semua paparan. Penutup merupaan bagian akhir yang dibaca pembaca, yang akan membetuk impresi pembaca terhadap penjelasan atau persoalan yang diketengahkan. Penutup merupakan juga titik kekuatan artikel, sehingga perlu ditulis secara hati-hati.



Referensi

Deeker, W. Popularizing Scientific and technical Subjects in Writing. [Online.] Tersedia: http://www.crss.csrio.au/staff/wayne.html [7 November 2001].

Notes on Writing Articles for Popular Audiences. [Online.] Tersedia: http://www.abdn.ac.uk/physics/guide/article.html/ [7 November 2001].

Popular Magazine or Scholarly Journal, How to Distinguish. [Online.] Tersedia: http://www.mc.cc.md.us/library/jourmag.htm [7 November 2001].

Senin, 05 April 2010

TUGAS BAHASA INDONESIA (SOFTKILL)

Nama : Raka Fitriayu Perdani
NPM : 10207882
Kelas : 3EA01
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2 ( softskill )

TUGAS I
Menyusun Sebuah Karangan
Menulis Adalah Proses Bernalar
Konsep dan pengertian tentang sesuatu adalah hasil penalaran berpikir berbasiskan pengamatan inderawi (observasi empirik). Pola pemahaman berdasarkan pengamatan kejadian sejenis membentuk proposisi–proposisi; dan berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, lantas orang menyimpulkan sebuah “teorema baru” yang sebelumnya tidak diketahui. Siklus ini disebut proses menalar. Me(makai)-nalar identik dengan memanfaatkan jejak probabilitas kejadian masa lalu, sebaliknya mencari akal adalah mengundang posibilitas masa depan. Kesuksesan selalu hal baru, tak pernah berulang; dan merupakan produk akal. Sedang pengulangan sukses tetaplah pengulangan, mudah disampaikan sebagai cerita tentang “peng-alam-an”; dan merupakan produk nalar. Dua cerita berikut menunjukkan beda antara bernalar dan berakal.
Nalar dan Akal
Suatu hari, Bernasdus, seorang anak berumur empat tahun, bermain vas bunga porselin yang sangat disakralkan oleh kedua orangtuanya, mengingat benda itu warisan kakek buyut Bernasdus. Kejadian dimulai ketika Bernasdus telanjur memasukkan tangan kanannya ke dalam vas dan tidak dapat menarik kembali keluar dari lubang vas. Ayahnya berusaha keras menolongnya, namun sia-sia karena tangan Bernasdus tetap terpasung di lubang vas. Muncullah konflik dalam diri sang ayah, yakni antara keinginan mempertahankan keutuhan vas yang sangat bernilai itu dan menyelamatkan tangan Bernasdus. Terpikir gagasan untuk memecah vas dengan risiko tangan Bernasdus terluka. “Coba, Nak. Masih ada cara. Buka genggaman tanganmu dan luruskan jari-jarimu seperti ayah contohkan; kemudian tarik…” Di luar dugaan Bernasdus menjawab, “Tidak, Yah, aku tak mau melakukannya. Aku tak akan melepas genggaman tanganku seperti ayah contohkan, karena uang recehku akan tertinggal di sana.”
Mana nalar dan mana akal? Mungkin sebagian besar pembaca berpikir bahwa sang ayah lebih mempercayai dan memakai nalar masa lalunya, sebaliknya Bernasdus sedang menggunakan akal masa depannya. Cerita berikut mungkin membuat Anda berubah pikiran. Suatu hari, seratus tahun silam, di sebuah kawasan persawahan Delanggu Jawa Tengah hidup suatu keluarga petani yang memiliki harta kekayaan berupa dua ekor sapi. Yang satu sudah berumur dan sering mengalami “dhèngkèlën”,*) yang lain masih muda, kuat, dan memiliki ketahanan fisik untuk membajak sawah. Sapi yang pertama sudah tak mungkin lagi dipasang-jalankan bersama sapi kedua, apalagi untuk membajak.
Ketika pasangan suami-istri petani sedang menghadiri perhelatan pernikahan salah satu tetangga, di luar kebiasaan sapi tua itu mampu berdiri tegak dan berjalan menuju rumpun rerumputan kalanjana yang tumbuh subur di dekat sumur belakang rumah. Karena jalannya yang gontai, di tengah keasyikan melahap makanannya, sapi tua itu terperosok dan secara pelan namun pasti masuk ke lubang sumur. Dengan segala upaya, sapi itu berusaha bertahan agar tak merangsak ke kedalaman sumur. Tiba dari perhelatan, pasangan petani mendengar gaduh lenguhan sapi yang datang dari arah lubang sumur. Setelah memahami apa yang sedang terjadi, petani lelaki itu memutar akal. Timbul perasaan campur-baur antara rasa simpatinya pada sapinya yang naas itu tapi juga rasa jengkelnya bahwa ia harus menguras isi sumur yang tak seharusnya menjadi kubangan sapi, dan rasa sesal karena kelancangan sapinya yang hampir menghabiskan persediaan rumput untuk berjaga menghadapi tibanya musim kemarau.
Berpikir kecepatan kilat, akhirnya lelaki itu memutuskan untuk tak mempedulikan sama sekali baik sapi tua, rumput kalanjana, maupun sumurnya. Ia justru memanggil para tetangganya, menceritakan apa yang tengah terjadi dan meminta mereka beramai-ramai menguruk lubang sumur itu dengan tanah merah untuk mengubur sapi tuanya agar tak berlama-lama dalam penderitaan.
Begitu menerima hujan bongkahan tanah merah yang bertubi menghantam punggung dan kepalanya, sapi itu melenguh panik dan ketakutan. Namun sang petani dan para tetangganya seolah tak mengacuhkannya dan tetap mengayuhkan cangkul, mencungkil, dan melontarkan bongkahan tanah merah yang terkuak ke dalam lubang sumur. Tanpa disadari sang petani dan para tetangga yang kian getol menguruk lubang sumur, sapi tua itu secara refleks mengibaskan gumpalan tanah merah yang menghantam punggungnya. Gilirannya gumpalan demi gumpalan tanah merah itu bergeser dan jatuh ke samping dan bawah kakinya. Secara refleks pula, dan secara berganti-ganti, keempat kakinya menginjak gundukan tanah yang tumpah berjatuhan dari atas punggungnya.
Bak seorang manusia yang mengalami pencerahan, si sapi melakukan rentetan gerak, mulai dari mengibaskan gumpalan tanah merah yang menghantam punggungnya, menginjakkan keempat kakinya secara bergantian di atas gundukan tanah yang kian bertumpuk; sedemikian rupa sehingga ia seolah sedang menaiki tangga dan secara pelan namun pasti keluar dari keterpurukan dan penderitaan selama berada di dalam sumur. Reaksi refleks kepanikannya telah berubah menjadi solusi yang jenial. Gedebum gumpalan tanah merah yang awalnya bisa jadi sumber malapetaka malahan berubah menjadi berkah keselamatan.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Suriasumantri, 1998).
Bahasa dan pikiran memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi (resiprokal). Variabel berupa domain-domain kognitif dapat dipertimbangkan sebagai pendahulu perkembangan struktur bahasa pada awal tahap perkembangan anak. Namun demikian, ada proses tahapan produksi bahasa (production of language) mungkin lepas atau tidak tergantung pada domain kognitif yang lain. Sebagai bukti misalnya, beberapa individu yang memiliki gangguan keterbatasan bahasa memiliki anterior aphasics di dalam otaknya dengan performansi yang optimal. Misalnya adanya temuan hubungan yang signifikan antara kemampuan mengklasifikasikan (classificatory ability) and pemahaman makna kata (word meaning) pada individu yang memiliki gangguan bahasa atau individu yang menderita skizofren.
Wacana yang dilontarkan oleh Whorf dan Sapir cukup menantang peneliti yang hendak mengkaji tema tersebut. Beberapa pandangan yang moderat terhadap konsep tersebut perlu dipertimbangkan daripada pandangan yang menentangnya. Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain:
1. Determinasi bahasa dapat dimodifikasi dengan asumsi bahwa bahasa memfasilitasi potensi dalam menalar daripada sebagai penentu mutlak penalaran.
2. Proses satu arah tersebut dapat diubah menjadi proses dua arah dengan menambahkan bahwa macam bahasa yang digunakan manusia juga dipengaruhi oleh cara manusia memandang dunia dan juga sebaliknya.
3. Studi komparasi antar bahasa yang berbeda dalam mencerminkan pikiran yang berbeda lebih diarahkan untuk mengidentifikasi keragaman di dalam satu bahasa daripada perbandingan bahasa utama sebuah masyarakat.


TUGAS II
Contoh Paragraf yang memperlihatkan pola pengembangan
1. Generalisasi
Pemerintah telah menjadikan Pulau Komodo sebagai habitat pelestarian komodo. Di Ujung Kulon, pemerintah mebuat cagar alam untuk pelestarian badak bercula satu. Selain itu, sejumlah Undang-Undang dibuat untuk melindungi hewan langka dari incaran pemburu. Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan hewan-hewan langka.
Pada contoh paragraf diatas, merupakan paragraf yang mempunyai pola pengembangan generalisasi . Generalisasi itu selanjutnya dijelaskan dengan contoh yang dikemukakan dalam kalimat-kalimat berikutnva. Pernyataan yang merupakan generalisasi biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan: biasanya, pada umumnva, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, selalu, secara kescluruhan, pada galibnya, dan sebagainya.
Selanjutnya dalam kalimat yang merupakan penunjang generalisasi biasa-nya digunakan ungkapan-ungkapan: misalnya, sebagai contoh, sebagai ilustrasi, untuk menjelaskan hal itu, perlu dijelaskan, sebagai bukti, buktinva, menurut data statistik, dan sebagainya.
Perlu diingat selalu bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan dcngan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf yang men-cantumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis.

2. Analogi

Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
Tulisan di atas merupakan contoh analogi deklaratif. Dalam tulisan ini hebatnya penderitaan digambarkan sebagai badai yang menghancur ratakan suatu daerah. Maksudnya tentu saja agar pembaca dapat lebih menghayati bagaimana beratnya penderitaan yang dialami.
3. Hubungan Kausal
Artis terkenal bernama Nafa Urbach mengalami kecelakaan mobil di daerah Yogyakarta. Menurut keterangan polisi, kecelakaan tersebut terjadi karena artis tersebut mengalami depresi akibat putus cinta dengan pacarnya. Akibatnya dia tidak bisa berkonsentrasi mengemudikan mobil yang dikendarainya itu. Mobil tersebut menabrak sebuah pohon hingga mengalami kerusakan berat.
Dari contoh paragraf diatas kita lihat bahwa penyebab pertama kecelakaan artis tersebut adalah “depresi”. Penyebab itu diikuti oleh serangkaian akibat yang masing-masing merupakan penyebab peristiwa lain.Selanjutnya, dalam penalaran akibat ke akibat harus diyakini bahwa ada penyebab umum yang menimbulkan akibat-akibat itu.
Kerap kali terdapat peristiwa-peristiwa sebab akibat yang rumit. Karena itu, seperti telah pernah dikemukakan kita harus berhati-hati dalam menentukannya. Dengan mempelajari proses berpikir yang sah, kita akan dapat menilai, apakah putusan kita tentang suatu sebab-akibat betul-betul merupakan basil proses penalaran yang logis dan tidak dipengaruhi oleh sikap pribadi kepercayaan/takhavul, pandangan politik, atau prasangka. Tulisan yang memaparkan penalaran dari sebab ke akibat dibuka dengan penalaran penyebabnva dahulu. Sebaliknya tulisan yang memaparkan penalaran dari akibat ke sebab dimulai dengan akibatnya.